SEJARAH DAN FAKTA FAKTA MENARIK DARI ISTANBUL TURKEY

 ISTANBUL TURKEY


Istanbul: Sebagai salah satu kota paling ikonik di dunia, Istanbul adalah pusat budaya, sejarah, dan arsitektur Turki. Di sini Anda dapat mengunjungi Masjid Biru, Istana Topkapi, Hagia Sophia, dan Menara Galata. Jangan lupa untuk menjelajahi pasar-pasar tradisional seperti Grand Bazaar dan Spice Bazaar.

Istanbul adalah salah satu kota paling ikonik di dunia, yang mencakup bagian dari Eropa dan Asia dengan jembatan yang menghubungkan kedua benua ini di atas Selat Bosporus. Kota ini memiliki warisan sejarah dan budaya yang luar biasa, serta berbagai tempat wisata yang menarik. Berikut adalah beberapa tempat terkenal yang patut dikunjungi di Istanbul:

  1. Hagia Sophia: Dahulu gereja, kemudian masjid, dan sekarang museum, Hagia Sophia adalah salah satu bangunan paling ikonik di Istanbul. Bangunan ini memiliki arsitektur yang menakjubkan dan penuh dengan sejarah yang kaya.

  2. Masjid Biru (Sultan Ahmed Mosque): Masjid ini terkenal karena dekorasi interior dan ubin birunya yang indah. Terletak di pusat kota Istanbul, Masjid Biru adalah salah satu contoh arsitektur Ottoman yang paling mengesankan.

  3. Topkapi Palace: Istana Topkapi adalah bekas kediaman resmi para sultan Ottoman selama berabad-abad. Sekarang menjadi museum, istana ini menampilkan koleksi artefak berharga, permata, dan harta karun lainnya dari masa kejayaan Ottoman.

  4. Grand Bazaar: Grand Bazaar adalah salah satu pasar tertua dan terbesar di dunia, menawarkan segala macam barang, mulai dari perhiasan, tekstil, keramik, hingga rempah-rempah. Ini adalah tempat yang sempurna untuk berbelanja suvenir atau mencoba kuliner lokal.

  5. Spice Bazaar: Juga dikenal sebagai Bazaar Mesir, Spice Bazaar adalah pasar yang terkenal dengan penjualan rempah-rempah, kopi, teh, dan barang-barang tradisional lainnya. Pengunjung dapat menikmati aroma wangi rempah-rempah dan mencicipi berbagai makanan dan minuman khas Turki di sini.

  6. Galata Tower: Menara Galata adalah mercusuar kuno yang menawarkan pemandangan indah kota Istanbul dari atas. Pengunjung dapat menaiki tangga atau naik lift untuk menikmati pemandangan panorama yang spektakuler dari atas menara.

  7. Bosphorus Cruise: Salah satu cara terbaik untuk menikmati keindahan Istanbul adalah dengan mengambil perjalanan wisata di Selat Bosporus. Pesiar ini menawarkan pemandangan indah dari kedua sisi kota, serta pemandangan bangunan-bangunan bersejarah yang berjejer di tepi air.

Ini hanya beberapa dari banyak tempat menarik di Istanbul. Kota ini memiliki begitu banyak lagi untuk ditawarkan, termasuk museum, taman, dan tempat-tempat bersejarah lainnya yang menarik untuk dikunjungi.

Sejarah Istanbul sangatlah panjang dan kaya, seiring dengan peran pentingnya sebagai pusat kekuasaan politik, budaya, dan ekonomi di wilayah tersebut selama ribuan tahun. Berikut adalah ringkasan sejarah kota ini:

Byzantium (abad ke-7 SM - 330 M)

  • Sejarah tertulis Istanbul dimulai dengan pendirian kota Byzantium oleh bangsa Yunani pada abad ke-7 SM di lokasi yang saat ini dikenal sebagai Semenanjung Sarayburnu.
  • Byzantium menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi sekitar abad ke-1 M, dan kemudian menjadi ibu kota Kekaisaran Romawi Timur setelah Kaisar Konstantinus Agung memindahkan pusat pemerintahan ke sana pada tahun 330 M. Pada saat itu, kota tersebut dinamai Konstantinopel.

Konstantinopel (330 M - 1453 M)

  • Konstantinopel menjadi pusat kekuasaan dan kekayaan di dunia Barat selama berabad-abad sebagai ibu kota Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium). Kota ini berkembang pesat di bawah pemerintahan berbagai kaisar Byzantium.
  • Pada abad ke-4, Gereja Hagia Sophia dibangun oleh Kaisar Konstantinus. Bangunan ini menjadi salah satu keajaiban arsitektur dunia.
  • Pada abad ke-7, Konstantinopel ditaklukkan oleh bangsa Turki Seljuk, namun kekaisaran tetap bertahan.
  • Pada tahun 1453, Konstantinopel jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah di bawah pimpinan Sultan Mehmed II. Kota ini kemudian diubah namanya menjadi Istanbul.

Istanbul (1453 M - Sekarang)

  • Setelah penaklukan, Istanbul menjadi pusat kekuasaan dan kebudayaan Kesultanan Utsmaniyah. Selama berabad-abad, Istanbul berkembang menjadi salah satu kota terbesar di dunia.
  • Pada abad ke-19, kekuasaan Utsmaniyah mulai merosot dan berbagai upaya reformasi dilakukan, termasuk modernisasi kota Istanbul.
  • Setelah Perang Dunia I, Kesultanan Utsmaniyah runtuh dan Republik Turki modern didirikan pada tahun 1923 di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Atatürk.
  • Sejak itu, Istanbul terus berkembang menjadi pusat budaya, ekonomi, dan pariwisata Turki. Kota ini menjadi tujuan wisata utama dengan warisan sejarah dan keindahan alamnya yang luar biasa.

Sejarah Istanbul mencerminkan kompleksitas dan keberagaman budaya, agama, dan politik di wilayah tersebut selama berabad-abad. Kota ini terus menjadi salah satu kota paling menarik di dunia, merangkul warisan multi-budaya dan menawarkan pengalaman yang kaya bagi para pengunjungnya.

Istanbul sebelumnya dikenal sebagai Konstantinopel[a] (Yunani: Κωνσταντινούπολις; bahasa Latin: Konstantinopolis), adalah kota terbesar di Turki, berfungsi sebagai pusat ekonomi, budaya, dan sejarah negara. Kota ini dikelilingi oleh selat Bosporus, terletak di antara benua Eropa dan Asia, dan memiliki populasi lebih dari 15 juta penduduk, atau setara dengan 19% populasi Turki.[2] Istanbul adalah salah satu kota terpadat di Eropa,[b] sekaligus menjadi kota terbesar ke-15 di dunia. Kota ini awalnya didirikan sebagai pusat ibu kota Bizantium (Yunani: Βυζάντιον, Byzantion) pada abad ke-7 oleh pemukim Yunani dari Megara.[3] Lalu pada tahun 330, Kaisar Bizantium–Konstantinus Agung–menjadikan kota ini sebagai ibu kota kekaisarannya, awalnya kota ini dinamai sebagai Roma Baru (Yunani: Νέα Ῥώμη, Nea Rhomē; bahasa Latin: Nova Roma)[4] dan kemudian diganti menjadi Konstantinopel untuk mengenang pendiri Bizantium.[4][5] Kota ini lalu berkembang menjadi tempat keberadaan mercusuar di Jalur Sutra, sekaligus sebagai salah satu kota terpenting dalam sejarah. Kota ini berfungsi sebagai ibu kota kekaisaran selama hampir 1600 tahun: selama periode Bizantium awal (330–1204), Latin (1204–1261), Bizantium akhir (1261–1453), dan Kesultanan Ottoman (1453–1922).[6] Kota ini memainkan peran kunci dalam kemajuan agama Kristen selama era Bizantium, sebelum berpindah tangan ke Islam setelah Penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453–terutama setelah menjadi pusat Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1517.[7] Pada tahun 1923, setelah Perang Kemerdekaan Turki, Ankara menggantikan kota ini sebagai ibu kota Republik Turki yang baru dibentuk. Kemudian pada tahun 1930, nama kota ini secara resmi diubah menjadi Istanbul, dari yang sebelumnya bernama Konstantinopel.[4] Lebih dari 13,4 juta pengunjung asing datang ke Istanbul pada tahun 2018, delapan tahun setelah dinobatkan sebagai Ibu kota Kebudayaan Eropa, menjadikannya kota kedelapan yang paling banyak dikunjungi di dunia.[8] Istanbul adalah rumah bagi beberapa Situs Warisan Dunia UNESCO, dan menjadi lokasi kantor pusat banyak perusahaan Turki, menyumbang lebih dari tiga puluh persen perekonomian negara.

Nama kota ini yang pertama kali diketahui adalah Bizantium (Yunani: Βυζάντιον, Byzántion; bahasa Inggris: Byzantium), nama tersebut diberikan pada saat pendiriannya oleh para pemukim di Megara sekitar tahun 660 SM.[11] Nama Bizantium diperkirakan berasal dari nama seseorang, yaitu Byzas. Tradisi Yunani Kuno merujuk pada seorang raja lengendaris dengan nama tersebut sebagai pemimpin dari orang-orang Yunani pendatang. Para ahli modern juga telah memperkirakan bahwa yang bernama Byzas ini adalah seorang Thrakia setempat atau berasal dari Iliria, dan karenanya telah ada sebelum permukiman Megara tersebut.[12]


Setelah Konstantinus Agung menjadikannya sebagai ibu kota baru di wilayah timur Kekaisaran Romawi pada tahun 330 M, kota ini kemudian dikenal secara luas dengan nama Constantinopolis (Konstantinopel), yang sama seperti bentuk Latin dari "Κωνσταντινούπολις" (Konstantinoúpolis)—berarti "Kota Konstantinus".[11] Ia juga berupaya mempromosikan nama Nova Roma dan versi Yunaninya, Νέα Ῥώμη" Nea Romē (Roma Baru), tetapi ini tidak digunakan secara luas.[13] Konstantinopel tetap merupakan nama yang paling umum digunakan di Barat untuk menyebut kota ini sampai berdirinya Republik Turki; Kostantiniyye (bahasa Turki Utsmaniyah: قسطنطينيه) dan İstanbul adalah nama-nama yang digunakan sebagai alternatif oleh Dinasti Utsmaniyah selama pemerintahan mereka.[14] Kini orang Turki menganggap penggunaan Konstantinopel untuk merujuk ke kota ini selama pemerintahan Utsmaniyah (dari pertengahan abad ke-15) tidaklah benar secara politis, kendati bukannya tidak akurat secara historis.[15]


Hingga abad ke-19, kota ini telah memperoleh nama-nama lain yang digunakan oleh orang asing ataupun orang Turki. Bangsa Eropa menggunakan Konstantinopel untuk merujuk pada keseluruhan kota ini, tetapi—sebagaimana juga orang Turki—menggunakan nama Stamboul untuk mendeskripsikan semenanjung berdinding antara Tanduk Emas dan Laut Marmara.[15] Pera (dari kata Yunani "Πέρα" yang berarti "di seberang" atau "di luar") dulu digunakan untuk mendeskripsikan daerah di antara Tanduk Emas dan Selat Bosporus, tetapi orang Turki juga menggunakan nama Beyoğlu (sekarang menjadi nama resmi salah satu distrik konstituen kota ini).[16] Dahulu Islambol (berarti "Kota Islam" atau "Penuh dengan Islam") terkadang digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk merujuk pada kota ini, dan bahkan terukir pada beberapa uang logam Utsmaniyah,[17] tetapi keyakinan bahwa nama tersebut adalah asal mula dari nama yang sekarang, İstanbul, disangkal oleh fakta yang menyatakan bahwa nama yang sekarang telah ada jauh sebelum nama Islambol dikenal dan bahkan sebelum penaklukan Utsmaniyah atas kota ini.[11]


Nama İstanbul (pengucapan bahasa Turki: [isˈtanbuɫ] simakⓘ, bahasa sehari-hari: [ɯsˈtambuɫ]) pada umumnya dianggap berasal dari frasa Yunani Abad Pertengahan "εἰς τὴν Πόλιν" (dilafalkan [is tim ˈbolin]), artinya "ke kota itu"[18] dan merupakan cara orang Yunani setempat menyebut Konstantinopel. Hal ini mencerminkan status kota tersebut sebagai satu-satunya kota besar di sekitarnya. Arti penting Konstantinopel dalam dunia Utsmaniyah juga tercermin dari nama 'Der Saadet' yang berarti 'gerbang menuju Kemakmuran' dalam bahasa Utsmaniyah. Ada suatu pandangan alternatif yang menyatakan bahwa nama tersebut berevolusi secara langsung dari nama Konstantinopel, dengan menghilangkan suku kata yang pertama dan ketiga.[11] Suatu etimologi rakyat Turki menelusuri nama tersebut kepada "banyak Islam" (Islam bol)[19] karena kota tersebut disebut Islambol ("banyak Islam") atau Islambul ("menemukan Islam") sebagai ibukota Kesultanan Utsmaniyah Islam. Ini ditegaskan pertama kali tak lama setelah penaklukannya, dan beberapa penulis pada zaman tersebut menganggap nama ini ditemukan oleh Sultan Mehmed II sendiri.[20] Beberapa sumber Utsmaniyah dari abad ke-17, seperti Evliya Çelebi, menggambarkannya sebagai nama Turki yang umum dari zaman itu; antara akhir abad ke-17 dan akhir abad ke-18, nama itu juga terdapat dalam penggunaan resmi. Penggunaan kata "Islambol" yang pertama kali pada uang logam adalah pada tahun 1703 (1115 H) selama masa pemerintahan Sultan Ahmed III. Bagaimanapun penggunaan nama Constantinople (Konstantinopel) masih umum dalam bahasa Inggris pada abad ke-20, Istanbul menjadi umum setelah Turki mengadaptasi abjad Latin pada tahun 1928 dan mendorong negara-negara lain untuk menggunakan nama Turki kota tersebut.[21][22] Kaum Viking berlayar menyusuri sungai-sungai di Rusia dari Laut Utara, lalu masuk ke Laut Hitam dan tiba di Konstantinopel sekitar abad ke-10. Mereka menyebut Konstantinopel dengan nama "Miklagard",[23] yang artinya "Kota Besar".


Dalam bahasa Turki modern, nama kota ini ditulis İstanbul dengan sebuah İ bertitik, karena alfabet Turki membuat perbedaan antara I bertitik dan tanpa titik. Dalam bahasa Inggris penekanannya adalah pada suku kata pertama (Is), tetapi dalam bahasa Turki pada suku kata kedua (tan).[24] Orang dari kota ini disebut sebagai seorang İstanbullu (jamak: İstanbullular), kendati Istanbulite digunakan dalam bahasa Inggris.

Artefak-artefak Neolitikum yang ditemukan oleh para arkeolog pada awal abad ke-21 menunjukkan bahwa semenanjung bersejarah Istanbul telah dihuni setidaknya sejak milenium ke-7 SM.[26] Permukiman awal ini, yang dipandang penting dalam penyebaran saat Revolusi Neolitik dari Timur Dekat ke Eropa, berlangsung selama hampir satu milenium sebelum dibanjiri oleh naiknya permukaan air.[27][28][29][30] Permukiman manusia yang pertama di sisi Asia, yakni gundukan Fikirtepe, berasal dari periode Zaman tembaga yang artefak-artefaknya bertarikh 5500–3500 SM.[31] Di sisi Eropa, dekat ujung semenanjung tersebut (Sarayburnu), terdapat suatu permukiman Thrakia selama awal milenium ke-1 SM. Para penulis modern menghubungkannya dengan toponim Thrakia Lygos,[32] yang disebutkan oleh Plinius yang Tua sebagai sebuah nama awal untuk situs Bizantium.[33]


Sejarah kota ini secara tepat dimulai sekitar tahun 660 SM,[34][c] yaitu ketika para pemukim Yunani dari Megara mendirikan Bizantium di sisi Eropa dari Selat Bosporus. Para pemukim itu membangun sebuah akropolis yang berdekatan dengan Tanduk Emas di situs permukiman Thrakia awal mula, sehingga mendorong perekonomian kota yang baru lahir ini.[40] Kota itu mengalami masa singkat pemerintahan Persia pada pergantian abad ke-5 SM, tetapi bangsa Yunani merebutnya kembali selama Perang Yunani-Persia.[41] Bizantium kemudian berlanjut sebagai bagian dari Liga Athena dan penerusnya, Kekaisaran Athena Kedua, sebelum memperoleh kemerdekaan pada tahun 355 SM.[42] Karena telah lama menjalin aliansi dengan bangsa Romawi, Bizantium secara resmi menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi pada tahun 73 M.[43] Keputusan Bizantium untuk memihak Pescennius Niger, seorang perampas kuasa Romawi, untuk melawan Kaisar Septimius Severus membuatnya harus membayar mahal harganya; saat Bizantium menyerah pada tahun 195 M, pengepungan selama dua tahun telah meninggalkan kota itu dalam keadaan hancur.[44] Lima tahun kemudian Severus mulai membangun Bizantium lagi, dan kota itu memperoleh kembali—serta, menurut beberapa catatan, melampaui—kemakmuran yang sebelumnya.


Comments

Popular posts from this blog

Begijnhof Amsterdam: A Secret 14th-Century

BERITA DAN KISAH SEJARAH NEGARA JEPANG

Doorwerth Castle Adalah Kastil Abad Pertengahan